Selasa, 21 Agustus 2012

Kisah Tukang Kayu


Anne Ahira Newsletter
Think & Succeed!
Jumlah Pembaca: 500,000 + ---- -------------------------- ----

Dear Iin ,

Seorang tukang bangunan yang sudah
tua berniat untuk pensiun dari
profesi yang sudah ia geluti selama
puluhan tahun.

Ia ingin menikmati masa tua bersama
istri dan anak cucunya. Ia tahu ia
akan kehilangan penghasilan rutinnya
namun bagaimanapun tubuh tuanya butuh
istirahat. Ia pun menyampaikan
rencana tersebut kepada mandornya.

Sang Mandor merasa sedih, sebab ia
akan kehilangan salah satu tukang
kayu terbaiknya, ahli bangunan yang
handal yang ia miliki dalam timnya.
Namun ia juga tidak bisa memaksa.

Sebagai permintaan terakhir sebelum
tukang kayu tua ini berhenti, sang
mandor memintanya untuk kembali
membangun sebuah rumah untuk terakhir
kalinya.

Dengan berat hati si tukang kayu
menyanggupi namun ia berkata karena
ia sudah berniat untuk pensiun maka
ia akan mengerjakannya tidak dengan
segenap hati.

Sang mandor hanya tersenyum dan
berkata, " Kerjakanlah dengan yang
terbaik yang kamu bisa. Kamu bebas
membangun dengan semua bahan terbaik
yang ada. "

Tukang kayu lalu memulai pekerjaan
terakhirnya. Ia begitu malas-malasan.
Ia asal-asalan membuat rangka
bangunan, ia malas mencari, maka ia
gunakan bahan-bahan berkualitas
rendah. Sayang sekali, ia memilih
cara yang buruk untuk mengakhiri
karirnya.

Saat rumah itu selesai. Sang mandor
datang untuk memeriksa. Saat sang
mandor memegang daun pintu depan, ia
berbalik dan berkata, " Ini adalah
rumahmu, hadiah dariku untukmu! "

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Ia
sangat menyesal. Kalau saja sejak
awal ia tahu bahwa ia sedang
membangun rumahnya, ia akan
mengerjakannya dengan
sungguh-sungguh. Sekarang akibatnya,
ia harus tinggal di rumah yang ia
bangun dengan asal-asalan.

Inilah refleksi hidup kita! Pikirkanlah kisah si tukang kayu ini. Anggaplah rumah itu sama dengan kehidupan Anda. Setiap kali Anda memalu paku, memasang rangka, memasang keramik, lakukanlah dengan segenap hati dan bijaksana.

Sebab kehidupanmu saat ini adalah
akibat dari pilihanmu di masa lalu.
Masa depanmu adalalah hasil dari
keputusanmu saat ini.


/ / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / Iin Tolong sebarkan:  www.AnneAhiraNewsletter.com pada teman-teman yang lain. Saya yakin mereka akan sangat berterima kasih pada Iin, begitu pun saya! :-)

‎SHALAT PENGUAT JIWA

Mungkin kita masih teringat dengan Urwah bin Zubeir yang betisnya terkena pedang tajam, lalu para tabib berkata kepadanya, "Tidak ada cara untuk mengobati, kecuali dengan memotongnya," Lantas apakah yang akan dilakukan Urwah? Ia tengah berhadapan dengan ketentuan Allah dan tidak ada cara untuk menghindari, kecuali hanya dengan kesabaran. Tabib lalu menyarankan agar Urwah menggunakan sesuatu yang bisa menghilangkan rasa sakit tatkala betisnya dipotong, tetapi apa jawab Urwah? Ia berkata, "Demi Allah, saya tidak akan menggunakan sesuatu yang menghalangi akalku berzikir kepada Allah Tabaraka wa Ta'ala. 

Urwah lalu berkata kepada para Tabib, "Bila saya telah menjalankan salat kemudian saya sudah dalam kondisi duduk untuk membaca dan bertasyahud, potonglah betisku karena sesungguhnya saat itu saya merasa berada di hadapan Allah, tidak ada dalam hatiku, kecuali Allah Tabaraka wa Ta'ala. 

Urwah kemudian melaksanakan salat dan
 salatnya merupakan contoh yang istimewa."

Imam Hatim al-Ashim suatu hari ditanya, "Bagaimana kondisimu ketika engkau melaksanakan salat, wahai Hatim?" Ia menjawab, "Ketika saya melaksanakan salat, saya jadikan Kakbah ada di hadapanku, kematian di belakanku, ash-Shirath di bawah dua telapak kakiku, jannah di sebelah kananku, neraka ada disebelah kiriku dan saya merasa Allah mengawasiku, lalu saya sempurnakan ruku dan sujudnya, kemudian bila saya telah mengucapkan salam saya tidak mengetahui apakah Allah akan menerima atau menolaknya."

Di tengah-tengah kita ada seorang muslim yang tidak masuk masjid, kecuali pada hari besar, bulan Ramadan ataupun hari Jumat. Bahkan, ada muslim yang selama hidupnya tidak pernah mrmasuki masjid, kecuali hanya sekali saja, yaitu saat ia akan dikuburkan. Ia masuk masjid bukan untuk salat, tetapi untuk disalatkan.

Allah lalu berfirman yang artinya, "(Yaitu) orang-orang yang khusyu dalam salatnya." Maksud ayat ini adalah mereka memasuki salat sebagaimana manusia memasukkan pakaian ke dalam tubuhnya. Bila baju itu akan melindungi pemakainya dari panas dan dingin, salat akan melindungi pemiliknya dari azab jahannam. Khusyu adalah datangnya hati dan tenangnya anggota tubuh. Aisyah r.a. berkata, "Adalah Rasulullah saw. menceritakan kepada kami dan kami pun bercerita kepadanya, beliau berkata kepada kami dan kami pun berkata kepadanya. Apabila tiba waktu salat, beliau seakan tidak mengenali kami dan kami pun tidak mengenalinya. Itulah khusyu wahai hamba Allah."